Lansia harus meningkatkan kualitas hidup. Peningkatan selera makan membantu dalam pemenuhan asupan gizi yang baik, yang berujung pada perbaikan kondisi fisik dan kualitas hidup lansia.
“Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat di tahun 2020, jumlah lansia di Indonesia meningkat sebesar 9,92% atau sebanyak 26,82 juta orang. Menjadi tua adalah pasti, tetapi sehat di usia tua adalah pilihan. Gizi menjadi bagian dari proses kesehatan dari Lansia”, ujar Dr. Toto Sudargo, M.Kes – Dosen Gizi Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada acara webinar “Peran Gizi dan Umami dalam Pencegahan Hipertensi dan Peningkatan Kualitas Hidup Lanjut Usia”. Acara yang merupakan hasil kerjasama tim peneliti dari Universitas Gadjah Mada dan PT AJINOMOTO INDONESIA (Ajinomoto) yang didukung oleh Dinas Sosial DIY dan PPNI DIY ini berlangsung hangat dan diikuti secara virtual oleh lebih dari 200 peserta.
Endang Patmintarsih, S.H, M.Si – Kepala Dinas Sosial DIY dalam kata sambutannya di awal acara mengatakan, “Seiring penambahan usia, lansia memiliki kemunduran, terutama dari sisi kesehatannya. Namun berapapun usia seseorang, gizi yang baik diperlukan untuk tumbuh sehat. Orang yang lanjut usia cenderung mengalami penurunan pada kepekaan indra perasa, sehingga kerap kehilangan selera makan. Buruknya, karena kurangnya kepekaan indra perasa – garam cenderung ditambahkan pada makanan. Padahal garam adalah komponen yang perlu dibatasi terutama untuk mereka yang berusia lanjut”. Selain pola makan yang tidak sehat, kurang serat, dan tinggi lemak, garam menjadi salah satu pemicu hipertensi.
Seperti yang dicatat dalam Riskesdas 2018, risiko menderita penyakit degeneratif (kanker, stroke, penyakit ginjal, diabetes mellitus, jantung, dan hipertensi) di tahun 2018 menunjukkan tren peningkatan dibandingkan tahun 2013. Salah satu faktor penyebab hipertensi yang tak bisa dikendalikan adalah bertambahnya usia. Faktor usia memang bisa jadi penyebab hipertensi pada lansia. Namun, bukan berarti masalah kesehatan ini tidak bisa dicegah. Mengganti dan memperbaiki asupan makanan dengan makanan yang bergizi seimbang menjadi salah satu caranya. Turunnya nafsu makan pada lansia menjadi tantangan tersendiri, karena seiring bertambahnya usia lansia mengalami penurunan nafsu makan (pengurangan jumlah asupan makan dan jenis makanan tertentu). Selain itu, konsumsi makanan yang tidak sehat dengan mengonsumsi gula, natrium, lemak berlebih menjadi masalah gizi lainnya dari lansia.
Webinar yang diselenggarakan oleh Ajinomoto ini merupakan kelanjutan dari penelitian ‘Elderly Project’ yang dilakukan oleh Ajinomoto dan tim peneliti dari Universitas Gajah Mada (UGM) yang dikepalai oleh Dr. Toto Sudargo, M.Kes. “Elderly Project” dilakukan pada Oktober 2021 – Januari 2022, dengan metode purposive sampling, yang lokasi penelitiannya dilakukan di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha (BPSTW) Unit Abiyoso dan BPSTW Budi Luhur – Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pemberian program makanan dengan kandungan tinggi protein, energi, vitamin, dan mineral tetapi rendah garam, gula, dan lemak, serta Pendidikan gizi dapat meningkatkan status gizi lansia yang berujung pada peningkatan kualitas hidupnya.
“Study Elderly Project yang dilakukan bersama Ajinomoto ini menunjukkan bahwa setelah diberikan program pemberian makan pada lansia dan Pendidikan gizi, terjadi penurunan yang signifikan pada kadar gula darah. Hal itu ditunjukkan dari persentase pria lansia yang memiliki nilai HbA1C pada kelompok diabetik, yakni sebesar 52.9% turun menjadi 23.5% serta peningkatan pada kelompok normal dengan persentase yaitu 14.7% naik menjadi 47.1%. Pendidikan gizi tentang pentingnya menjaga pola makan seperti mengurangi makanan manis mampu menurunkan kadar gula darah secara signifikan. Signifikansi kenaikan asupan protein terjadi pada kedua kelompok lansia pria dan Wanita”, ujar Dr. Toto.
Hasil penelitian “Elderly Project” yang dilakukan Ajinomoto dan UGM ini juga menunjukkan bahwa menu rendah garam dalam program pemberian makan terbukti dapat menurunkan tekanan darah pada lansia, yaitu SBP (Systolic Blood Pressure) dan DPB (Dyastolic Blood Pressure). Project ini merupakan salah satu cara Ajinomoto untuk memperkenalkan kampanye Bijak Garam kepada masyarakat khususnya para lansia. Sebelumnya, petugas dapur pada BPSTW Unit Abiyoso dan Budi Luhur telah diberikan edukasi tentang pentingnya diet rendah garam terutama pada menu makanan lansia. Mengurangi penggunaan garam dan menambahkan bumbu umami dari produk Ajinomoto dapat membantu menurunkan asupan natrium lansia. Dengan menerapkan cara ini di BPSTW Unit Abiyoso dan Budi Luhur nafsu makan para lansia tidak menurun karena rasa makanan yang diberikan kepada para penghuni panti terbukti tetap enak walaupun kadar garamnya menurun dibandingkan sebelumnya.
“Melalui acara hari ini, kami ingin memberikan pemahaman kepada masyarakat luas bahwa pada usia lanjut pun masyarakat sangat bisa tetap meningkatkan kualitas hidup dan harapan hidup sehat, dengan cara menjaga asupan makanan bergizi seimbang dan juga mengurangi asupan gula, garam, dan lemak. Saat ini Ajinomoto giat mengampanyekan Bijak Garam. Melalui kampanye Bijak Garam yang sedang kami giatkan ini, Ajinomoto ingin mengedukasi masyarakat tentang pentingnya diet rendah garam dan mengajak keluarga Indonesia untuk hidup lebih sehat dengan mengurangi asupan atau penggunaan garam dalam mengolah makanan, namun tetap memperoleh cita rasa yang tinggi. Kampanye ini juga merupakan bukti komitmen kami untuk terus memberikan kontribusi positif kepada masyarakat, dengan meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan keluarga Indonesia melalui produk dan layanan yang berkualitas tinggi,” ujar Grant Senjaya – Head of Public Relations Department PT AJINOMOTO INDONESIA.